dikutif dari Swecapura Gelgel Samai Smarajaya ( Semarapura) Klungklung
1. Dalem Ktut Ngulesir Raja Gelgel I
Pusat pemerintahan di Bali setelah pindah dari keraton Samprangan dipusatkan di Gelgel. Kraton tersebut diberi nama Sueca Pura. Afapun sebagai raja peretama di Kraton Sueca Pura amasih merupakan penerus dari dinasti Kepakisan yang turun temurun dari Majapahit. Beliau adalah I Dewa Ktut yang kemudian bergelar Dalem Ktut Ngulesir, karena dianggap sebagai pelanjut dinasti Kepakisan, maka raja ini juga bergelar Dalem Ktut Kresna Kepakisan yang memerintah selama kurang lebih 20 tahun ( 1380 - 1400) Menurut sumber-sumber tradisional, raja ini dikenal sebagai raja yang sangat tampan, karena diketahui memiliki tanda khusus (cawiri) berupa tahi lalat pada paha kanannya. Hal ini juga dianggap sebagai simbol kecakapan beliau di dalam memimpin rakyatnya. Bukti-bukti atau peninggalan Raja Dalem Ktut Ngulesir sebagai raja I di Gelgel sangat sulit ditemukan. Baik yang disebutkan oleh babad maupun sumber lainnya.
2. Dalemn Watu Enggong Raja Gelgel II
Setelah Dalem Ktut Ngulesir mangkat, maka pemerintah Gelgel digantikan oleh putra tertua beliau yang bergelar Dalem Watu Enggong atau sering disebut Dalem Waturenggong. Pemerintah Dalem Waturenggong merupakan puncak kebesaran atau jaman kemasan Kerajaan Bali. Karena pada jaman Dalem Waturenggong, wilayah kerajaan Bali sudah meluas sampai ke Sasak (lombok), Sumbawa, Balmbangan dan Puger. Dalem Waturenggong adalah raja yang sangat ditajuti oleh raja Pasuruan dan Raja Mataram.
Pemerintah Dalem Waturenggong pada abad XVI (sekitar tahun 1550 M ) merupakan awal lepasnya ikatan dan pengaruh Majapahit terhadap kerajaan Bali seiring runtuhnya kerajaan Majapahit oleh Kerjaan Islam.
Pada masa Dalem waturenggong inilah, pernah terjadi sengketa antara Gelgel dengan kerajaan Blambangan yang dikuasai oleh Dalem Juru yang dipicu karena penolakan lamaran dari Dalem Waturenggong terhadap Ni Gusti Ayu Bas Putrid Dalem Juru. Pertempuran sngitpun terjadi, laskar bali yang dipimpin oleh Patih Ularan berhasil membunuh Dalem Juru raja Blambangan. Mengenai kepastian tahun pemerintahan dan peninggalan raja Dalem Waturenggong di Gelgel maupun Klungkung sangat sulit ditemukan dari sumber babad beberapa naskah baru (yang masih harus diuji kebenarannya, koleksi AA Made Regeg Puri Anyar Klungkung, meyebutkan masa pemerintahan Dalem waturenggong disebut dalam angka tahun 1400 - 1500. Sedangkan naskah yang ditulis oleh I Dewa Gde Catra, Sidemen - Karangasem menyebutkan tahun 1460 -1552 M). Memang kedua sumber tersebut tidak berbeda jauh, tetapi masih perlu diteliti kesalahannya.
3. Dalem Bekung Raja Gelgel III
Raden Pangharsa yang kemudian bergelar Dalem Bekung adalah putra tertua Dalem Waturenggong yang akhirnya menjadi raja Gelgel yang ke 3, karena usianya masih sangat muda, maka pemerintahan sehari-hari di Gelgel diwakilkan kepada kelima pamannya yaitu Gedong Atha, I Dewa Nusa, I Dewa Pangedangan, I Dewa Anggungan, dan I Dewa Bangli.
Masa Pemerintahan Dalem Bekung adalah awal kesuraman kerajaan Gelgel. Karena pada masa pemerintahannya ini pula terjadi banyak masalah dan kesulitan. Kerajaan -kerajaan Gelgel di luar Bali yang pernah dikuasai Dalem Waturenggong satu per satu melepaskan diri. Pemberontakan juga terjadi di dalam kerajaan yang dilakukan oleh Gusti batan Jeruk atas ajakan dari I Dewa Anggungan yang tiada lain adalah pamannya sendiri, pemberontakan Batan Jeruk nyaris meruntuhkan Gelgel, sebelum Arya Kubon Tubuh yang masih setia kepada Dalem mampu memadamkan pemberontakan Batan Jeruk.
4. Dalem Segening Raja Gelgel IV
Setelah meredanya pemberontakan Batan Jeruk menyusul terjadinya pemberontakan yang dilakukan oleh Krian Pande sebagai pembalasan atas kegagalan Batan Jeruk. Dan pemeberontakan inipun dapat dipadamkan dengan terbunuhnya Kareian Pande, karena situasi mulai kacau, maka oleh pembesar Kerajaan Gelgel diangkatlah I Dewa Segening sebagai raja menggantikan kakaknya Dalem Bekung. I Dewa Segening kemudian bergelar Dalem Segening. Dengan sukarela dan ihklas Dalem Bekung menyerahkan tahta kepada adiknya karena merasa dirinya tidak mampu mengemban amanat dari leluhurnya.
Satu perubahan yang paling menonjol dari pemerintahan Dalem ZSegening adalah kembalinya kerajaan-kerajaan Sasak (Lombok), Sumbawa yang mengakui kekuasaan Gelgel. Dan satu hal yang penting adalah Dalem Segening mulai menyebarkan golongan ksatria Dalem hampir ke seluruh BAli. Dan gelar ksatria itupun sudah dibagi-bagi mulai status yang poaling tertinggi seperti Ksatria Dalem, ksatria predewa, kesatria prangakan dan ksatria prasanghyang..
Sama seperti halnya pemerintahan Gelgel terdahulu, hampir tidak ada peninggalan yang dapat diinformasikan baik berupa dokumentasi maupun benda lainnya oleh penyunting sebagai bukti kebesaran Gelgel.
5. Dalem Di Made Raja Gelgel V
Setelah masa pemerintahan Dalem Segening berakhir, akhirnya Gelgel diperintah oleh Dalem Di MAde sekaligus sebagai raja terakhir masa kerajaan Gelgel. Saat-saat damai yang pernah dirintis oleh Dalem Segening tidak dapat dipertahankan oleh Dalem Di Made. Hal ini disebabkan karena Dalem Di MAde terlalu memberikan kepercayaan yang berlebihan kepada pengabihnya I Gusti Agung Maruti. Sehingga pembesar-pembesar lainnya memilih untuk meninggalkan puri.
Hal inilah yang akhirnya dimanfaatkan oleh I Gusti Agung MAruti untuk menggulingkan pemerintahan Dalem Di Made. Usaha ini ternyata berhasil, Dalem Di Made beserta putra-putranya menyelamatkan diri ke desa Guliang diiring oleh sekitar 300 orang yang masih setia. Disinilah Dalem Di Made mendirikan keraton baru.
Hampir selama 35 tahun Gelgel mengalami kevakuman karena Dalem Di Made telah mengungsi ke Guliang (Gianyar). Sementara Maruti menguasai Gelgel. Hal ini justru membuat Bali terpecah-pecah yang mengakibatkan beberapa kerajaan bagian seperti Den Bukit, Mengwi, Gianyar, Badung, Tabanan, Payangan dan Bangli ikut menyatakan diri merdeka keadaan ini diperparah dengan wafatnya Dalem Di Made di keraton Guliang.
Dengan wafatnya Dalem Di Made, membuat para pembesar kerajaan menjadi tergugah untuk mengembalikan kerajaan kepada dinasti Kepakisan. Hal ini dipelopori oleh tiga orang pejabat keraton Panji Sakti, Ki Bagus Sidemen, dan Jambe Pile, mereka akhirnya menyusun strategi unuk menyerang Maruti yang berkuasa di Gelgel. Penyerangan dilakukan dari tiga arah secara serentak yang membuat Maruti dan pengikutnya tidak sanggup mempertahankan Gelgel. Maruti berhasil melarikan diri ke Jimbaran kemudian memilih memukim di Alas Rangkan.
Sejarah berdirinya Keraton Smarajaya Klungkung
Kemenangan terhadap I Gusti Agung Maruti telah membuat kharisma dan wibawa dinasti Kepakisan kembali pulih, maka untuk mengisi pemerintahan diangkatlah Sri Agung Jambe putra bungsu Dalem Di Made sebagai raja. Tetapi atas saran Ki Gusti Sidemen, pusat kerajaan tidak lagi di Gelgel, dan dipindahkan ke desa Klungkung dengan nama keraton smarajaya. Alasan perpindahan keraton ini diperkirakan karena keraton Sueca Pura Gelgel secara fisik sudah rusak akibat seringnya terjadi pemberontakan pada tahun 1651 Masehi, serta dianggap sudah tyidak memiliki wibawa lagi sebagai pusat pemerintahan. Kini semua pusaka-pusaka kebesaran dinasti Kepakisan yang dibawa dari Majapahit sudah dipegang oleh Sri Agung Jambe
1. Dewa Agung Jambe (sri Agung Jambe) raja Klungkung I
Satu hal yang menarik setelah kerajaan Gelgel dipindahkan ke Klungkung adalah, bahwa Sri Agung Jambe yang diangkat sebagai raja Klungkung I Tahun 1686 M lagi memakai gelar Dalem. Hal ini mengisyaratkan bahwa ada keinginan untuk nmelepaskan didi dari ikatan Majapahit, maka gelar yang mulia dipakai adalah Dewa Agung. Dengan demikian Sri Agung Jambe adalah raja I di Bali yang memakai gelar Dewa Agung dengan gelar Dewa Agung Jambe, yang berlaku terus untuk raja pengganti beliau, meskipun akhirnya setelah penghapusan gelar jawa peninggalan Gajah Mada ini telah berhasil, namun ada penurunan akan jumlah wilayah yang pernah dikuasai oleh leluhurnya pada jaman Gelgel. Tetapi setidaknya usaha untuk membuktikan diri sebagai raja yang otonom benar-benar sangat berhasil, selanjutnya dengan tidak ditemukannya angka tahun lamanya pemerintahan Dewa Agung Jambe sebagai raja Klungkung I, maka beliau digantikan oleh putra beliau bernama Dewa Agung Made.
2. Dewa Agung Made Raja Klungkung II
Dewa Made Agung adalah putra dari Dewa Agung Jambe yang dinobatkan sebagai raja II di Keraton Smarajaya Klungkung, tetapi informasi mengenai pemerintahan Dewa Agung Made ini hampir tidak pernah ditulis. Yang jelas berdasarkan bukti-bukti adanya penerus kepenguasaan, mencerminkan bahwa raja ini dapat memegang tampuk pemerintahan dengan baik.
3. Dewa Agung Dimadya Raja Klungkung III
Setelah berakhirnya pemerintahan Dewa Agung Made, maka beliau digantikan oleh putranya bernama Dewa Agung Dimadya sebagai raja III kerajaan Klungkung. Sama seperti ayahnya, informasi menganai pemerintahan ini juga sedikit sekali informasinya.
4. Dewa Agung Sakti Raja Klungkung IV
Sumber-sumber sejarah yang menyebutkan tentang pemerintahan Dewa Agung Sakti sebagai Raja Klungkung IV juga sulit ditemukan. Yang jelas beliau adalah putra dari Dewa Agung Dimadya. Mungkin pada masa pemerintahan raja-raja Klungkung yang sedikit informasinya ini, menandakan bahwa peranan beliau tidak terlalu menonjol. Dan mungkin juga disebabkan karena pada masa ini keadaan sangat stabil.
5. Dewa Agung Putra I ( Dewa Agung Putra Kusamba) Raja Klungkung V
Dewa Agung Sakti sebagai raja Klungkung ke -4, akhirnya digantikan oleh putranya yaitu Dewa Agung Putra I ( Dewa Agung Putra Kusamba )
6. Dewa Agung Putra II
Dewa Agung Putra Balemas sebagai raja Klungkung ke-6 adalah putra dari Dewa Agung Putra Kusamba. Raja inilah yang mengawali benih konflik dengan pemerintah Belanda, dengan penandatanganan surat kontrak tahun 1841 Masehi
7. Dewa Agung Istri Kanya Raja Klungkung VII
Dewa Agung istri Kanya adalah adik dari Dewa Agung Putra Balemas, yang akhirnya mengobarkan peristiwa perang Kusamba menentang intervensi Belanda (Mei sampai Juli 1849). Yang menonjol dari peristiwa ini adalah keberanian Dewa Agung Istri Kanya sebagai seorang raja perempuan yang disegani, dan yang menyebabkan gugurnya Jendral Michiels sebagai salah satu petinggi kompeni Belanda
8. Dewa Agung Ktut Agung Raja Klungkung VIII
Raja Klungkung ke-8 ini merupakan putra bungsu Dewa Agung Sakti. Sebelum menjadi raja, beliau sangat berperan membantu Dewa Agung Istri kanya saat perang Kusamba sebagai Mangkubumi. Dengan keberaniannya pernah memimpin laskar Klungkung membantu Buleleng dalam perang Jagaraga di Den Bukit.
9. Dewa Agung Putra III (Betara Dalem Ring Rum ) Raja Klungkung IX
Riwayat Raja Klungkung ke -9 ini tidak banyak ditulis dalam berbagai sumber sejarah. Tetapi yang jelas beliau adalah satu-stunya raja Klungkung yang kembali memakai gelar Dalem.
10. Dewa Agung Jambe raja Klungkung X
Dewa Agung Jambe adalah raja Klungkung terakhir (putra dari betara Dalem Ring (Rum) yang gugur beserta seluruh keluarga puri, para bangsawan, dan laskar Klungkung saat terjadi perang Puputan melawan Kolonialisme Belanda pada tanggal 28 Apri 1908
Sumber: http://oka2shoes.blogspot.com/2009/05/sejarah-klungkung.html
0 komentar:
Posting Komentar